Minggu, 18 Desember 2011

LAPORAN DAPHNIA SP (TERMOREGULASI)

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
PRAKTIKUM 5
I. JUDUL : TERMOREGULASI

II. TUJUAN : a. Mempelajari aktivitas jantung Daphnia sp dalam berbagai temperatur lingkungan
b. Menentukan koefisien aktivitas (Q10)
III. TANGGAL PRAKTIKUM: 09 Nopember 2011
IV. PENDAHULUAN

TERMOREGULASI PADA HEWAN
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia. Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu poikiloterm dan homoiterm. Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin. Dan hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas.
Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air.
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya.
Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi . Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi.

Jenis-Jenis Dan Macam-Macam Adaptasi
1. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan sebagainya yang runcing dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah makanan.
2. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang punya kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di daerah dingin.
3. Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri.
Suhu tubuh ideal yang paling disukai Suhu Ekritik berkisar antara 35-40oC. Kisaran Toleransi Termal Kisaran suhu yang lebih luas dan dapat diterima hewan titik terendah dari kisaran toleransi termal adalah suhu kritis minimum, dibawah suhu tersebut tidak cocok. Sedangkan titik tertinggi dari kisaran toleransi termal adalah suhu kritis maksimum.
Suhu tubuh konstan sangat dibutuhkan karena perubahan suhu berpengaruh pada konformasi protein dan ativitas enzim sehingga aktivitas enzim terganggu, maka Reaksi dalam sel juga terganggu, selain itu juga berpengaruh pada energi kinetik molekul zat di mana partikel zat saling bertumbukan sehingga laju reaksi dalam sel terganggu. Kenaikan suhu lingkungan mengakibatkan peningkatan laju reaksi yang berpengaruh aktivitas metabolisme sel tubuh.
Berdasarkan kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh hewan dapat digolongkan menjadi:
• HEWAN POIKILOTERM adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu lingkungan atau disebut juga Hewan Ektoterm di maan suhu tubuh ditentukan dan dipengaruhi oleh suhu lingkungan eksternal
• HEWAN HOMEOTERM atau Hewan Endoterm adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan sekalipun suhu lingkungannya berubah. Suhu tubuh diatur oleh produksi panas yang terjadi dalam tubuh. kecuali beberapa insekta menghasilkan tambahan panas dengan melakukan kontraksi otot bersifat endotermik sebagian Interaksi panas hewan dengan lingkungan menguntungkan untuk mengatur suhu tubuh meningkatkan/menurunkan pelepasan panas dari tubuh dan memperoleh panas melaui Konduksi -Konveksi -Radiasi –Evaporasi.

KONDUKSI
Perpindahan atau pergerakan panas antara dua benda yang saling bersentuhan. Panas mengalir dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah.
dipengaruhi oleh:
1. Luas permukaan benda yang saling bersentuhan
2. Perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut
3. Konduktivitas panas dari kedua benda 〔
Mamalia dan Aves:
1. Konduktivitasnya rendah
2. Penahan panas yang baik ialah rambut dan bulu
3. Hanya akan melepaskan sejumlah kecil panas dari tubuhnya ke benda lain yang bersentuhan dengannya

KONVEKSI
Perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir (fluida) yang bergerak.
Proses Konveksi:
1. Berlangsung sampai suhu tubuh kembali ke suhu normal
2. Perpindahan panas bisa dipercepat, apabila kecepatan aliran fluida di sekeliling tubuh ditingkatkan
3. Terjadi dari lingkungan ke tubuh hewan, misalnya pada saat udara panas bertiup di dekat hewan, lama-kelamaan tubuh hewan akan menjadi lebih panas juga

RADIASI
Perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling bersentuhan misalnya pada proses perpindahan panas dari matahari ke tubuh hewan.
Frekuensi dan Intensitas Radiasi:
1. Tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin tinggi suhu benda yang mengeluarkan radiasi, semakin tinggi pula intensitas radiasinya
2. tubuh hewan (kulit, rambut, dan bulu) menyerap panas radiasi dengan baik
3. berjemur pada hewan (khususnya poikiloterm) untuk menaikkan atau memperoleh panas tubuh

EVAPORASI
Proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas.misalnya pada mekanisme ekskresi kelenjar keringat.
Evaporasi:
1. Cara penting untuk melepaskan panas tubuh
2. Hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat, jika tubuhnya panas, penguapan melalui saluran pernafasan dengan cara terengah-engah (pada anjing diikuti dengan menjulurkan lidahnya)
3. Jika suhu tubuh meningkat, keringat akan membasahi kulit, selanjutnya keringat akan menyerap kelebihan panas dari tubuh dan mengubahnya menjadi uap, setelah keringat mengering, suhu tubuh pun turun
HEWAN EKTOTERM adalah hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitarnya
1. Perolehan panas tubuh tergantung pada berbagai sumber panas di lingkungan luar
2. Masalah yang dihadapi tidak sama, tergantung pada jenis habitatnya.

Hewan Ektoterm Akuatik:
Suhu lingkungan akuatik relatif stabil Hewan tidak mengalami permasalahan suhu lingkungan yang rumit. Suhu tubuh stabil dan relatif sama dengan suhu air. Ikan Tuna mempunyai laju reaksi metabolik yang tinggi. Perbedaan suhu antara bagian tubuh otot lebih panas daripada bagian lainnya yang digunakan untuk berenang. Heat Exchanger (penukar panas) bekerja dengan prinsip counter current (arus bolak-balik)
Hewan Ektoterm Terestrial suhu selalu berubah dengan variasi yang cukup besar. perbedaan signifikan antara suhu udara siang dengan malam. hewan harus berusaha mengatur suhu tubuhnya dengan cara mengatur perolehan dan pelepasan panas melalui mekanisme TERMOREGULASI.
Hewan ektoterm terestrial memperoleh panas dengan cara menyerap radiasi matahari baik pada vertebrata maupun invertebrate misalnya: Mengubah warna permukaan tubuh (ubah penyerapan melanin, contoh: belalang rumput dan kumbang mengubah warna tubuhnya menjadi lebih gelap, Menghadapkan tubuh ke arah matahari, contoh: belalang Locust tegak lurus ke arah matahari
Sedangakan cara pelepasan panas:
1. Mengubah orientasi tubuh menjauhi sinar matahari
2. Memanjat pohon
3. Vasokonstriksi
4. Vasodilatasi
Sedangkan untuk adaptasi terhadap suhu sangat dingin dilakukan dengan:
1. Meningkatkan konsentrasi osmotic, titik beku cairan tubuh dapat diturunkan hingga dibawah 0oC. Zat terlarut: gula, seperti fruktosa atau derivatnya, dan gliserol (bermanfaat untuk melindungi membran dan enzim dari denaturasi akibat suhu yang sangat dingin. contoh: lalat dari Alaska, Rhabdophaga strobiloides, yang dapat bertahan hingga suhu -60oC.
2. Menghambat pembentukan kristal es di dalam sel untuk mencegah kerusakan membrane. Dilakukan dengan cara menambahkan glikoprotein antibeku ke dalam cairan tubuh (misal: ikan es dari antartika (Trematomus borchgrevink). Glikoprotein ialah molekul polimer dari sejumlah monomer yang tersusun atas tripeptida, yang terikat pada derivat galaktosamin (alanin-alanin-treonin- galaktosa derivat).
Hewan Endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari dalam tubuh sebagai hasil dari proses metabolisme sel tubuh. Suhu tubuh dipertahankan agar tetap konstan, walaupun suhu lingkungannya selalu berubah (contoh: burung dan mamalia) dengan cara menyeimbangkan perolehan dan pelepasan panas.
Bila suhu tubuh terlalu tinggi dilepaskan dengan cara:
1. Vasodilatasi daerah perifer tubuh
2. Berkeringat dan terengah-engah
3. Menurunkan laju metabolisme (misal: menekan sekresi tiroksin)
4. Respons perilaku (misal: berendam di air)
Sebaliknya bila suhu tubuh terlalu rendah:
a. Vasokonstriksi
b. Menegakkan rambut (merinding)
c. Menggigil (shivering)
d. Meningkatkan laju metabolisme (dengan meningkatkan sekresi tiroksin)
e. Respons perilaku (menghangatkan diri)

Mekanisme Produksi Panas pada Hewan Endoterm
Pertama, meningkatkan produksi panas metabolik dalam otot rangka (kontraksi otot):
1. Terjadi secara sadar dengan cara menggerakkan anggota tubuh
2. Tanpa sadar dengan cara menggigil (gerakan yang tidak teratur dan tidak mempunyai tujuan pergerakan tertentu, misalnya saat dingin)
Kedua,
1. Memetabolisme jaringan lemak cokelat:
• jaringan lemak coklet berbeda dengan jaringan lemak putih
• jaringan lemak coklet dibungkus oleh selaput yang dipersarafi dengan baik oleh sistem saraf simpatis
• jika dirangsang, lemak akan dimetabolisme dalam mitokondria sel lemak, dan panas akan dihasilkan
• membutuhkan banyak oksigen sehingga hewan harus meningkatkan pasokan oksigen

V. METODE PRAKTIKUM
a. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Mikroskop Cahaya
2. Pipet tetes
3. Cawan petri
4. Beker gelas
5. Bunsen, kasa dan kaki tiga
6. Termometer
7. Tabung reaksi 1. Kultur Daphnia, sp
2. Pakan Daphnia, sp
3. Es batu
4. Air

b. Cara Kerja




























VI. HASIL PENGAMATAN
Hewan Yang Di amati
 BAGIAN 1
KEL SUHU Jumlah denyut Jantung / 15 detik Rata-rata
(per-menit) Q10=
1 10°C


Daphnia 1 =48
Daphnia 2 =61
Daphnia 3 =48

R1 =157/3=52,3 52,3 X 4= 209,2 Q10=[]
20°C Daphnia 1 =60
Daphnia 2 =58
Daphnia 3 =57

R1 =175/3=58,3 58,3 X 4= 233,2
2 15°C


Daphnia 1 =27
Daphnia 2 =32
Daphnia 3 =31

R1 =90/3=30 30 x 4= 120
25°C Daphnia 1 =28
Daphnia 2 =35
Daphnia 3 =31

R1 =94/3=31,3 31,3 x 4= 125,2
3 20°C


Daphnia 1 =41
Daphnia 2 =32
Daphnia 3 =31

R1 =104/3=31,3 34,6 x 4= 138,4








30°C Daphnia 1 =30
Daphnia 2 =33
Daphnia 3 =34

R1 =97/3=32,3 32,3 x 4= 129,2
4 25°C Daphnia 1 =35
Daphnia 2 =35
Daphnia 3 =40

R1 =110/3=36, 36,6 x 4= 146,4
35°C Daphnia 1 =41
Daphnia 2 =42
Daphnia 3 =41

R1 =124/3=41,3 41,3 x 4=165,2

VII. PEMBAHASAN
Dhaphnia sp adalah sejenis zozoplangton yang hidup di air tawar mendiami kolam-kolam atau danau-danau. Daphniaa sp dapat hidup di air tawar dan hidup didaerah tropis dan sub tropis kehidupan daphnia dipengaruhi oeh beberapa faktor ekologi perairan antara lain: suhu dan oksigen. Daphnia hidup pada kisaran ph cukup besar tetapi nilai yang optimal untuk kehidupannya sukar ditentukan, lingkungan ph yang netral dan relative basah yaitu pada ph 1-8 baik untuk daphnia sp dapat di klasifikasikan dalam:
Philum :Arthropoda
Kelas :Crustacea
Sub kelas :Branchiopoda
Divisi :oigobranhiopoda
Ordo :Cladocera
Pamili : Daphnidae
Genus :daphnia
Spesies :Daphnia sp
Daphnia merupakan udang-udangan yang telah beradaptasi pada kehidupan badan perairan yang secara periodik mengalami kekeringan. Oleh karena itu, dalam perkembangbiakannya (seperti halnya Artemia) dapat dihasilkan telur berupa kista maupun anak yang "dilahirkan". Telur berupa kista ini dapat bertahan sedemikian rupa terhadap kekeringan dan dapat tertiup angin kemana-mana, sehingga tidak mengherankan kalau tiba-tiba dalam genangan air disekitar rumah kita ditemukan Daphnia.
Waterman (1960) mengemukakan bahwa hewan kecil memiliki frekuensi denyut jantung yang lebih cepat dari pada hewan dewasa baik itu pada suhu atau temperatur panas, sedang, dingin, maupun alkoholik. Hal ini disebabkan adanya kecepatan metabolik yang dimiliki hewan kecil tersebut. Menurut Pennak (1853) mekanisme kerja jantung Daphnia sp. berbanding langsung dengan kebutuhan oksigen per unit berat badannya pada hewan-hewan Daphnia sp. sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pada suhu 22 – 31°C dan pH 6,5 – 7,4 yang mana organisme ini perkembangan larva menjadi dewasa dalam waktu empat hari. Menurut Waterman (1960) pada lingkungan dengan suhu tinggi akan meningkatkan metabolisme dalam tubuh sehingga laju respirasi meningkat dan berdampak pada peningkatan denyut jantung Daphnia sp.
Waterman (1966) mengatakan bahwa senyawa toksik menyebabkan seluruh sistem jaringan tubuh dalam Daphnia sp. mengalami gangguan dan alkohol merupakan senyawa toksik bagi Daphnia sp. berdasarkan hal inilah maka diusahakan perlakuan medium serta variasi lingkungan yang diberikan bebas senyawa-senyawa toksik sehingga dapat menghambat metabolisme tubuh Daphniasp. Faktor yang mempengaruhi kerja denyut jantung Daphnia sp. adalah sebagai berikut :
• Aktivitas dan faktor yang mempengaruhi denyut jantung Daphnia sp. bertambah lambat setelah dalam keadaan tenang.
• Ukuran dan umur, dimana spesies yang lebih besar cenderung mempunyai denyut jantung yang lebih lambat.
• Cahaya, pada keadaan gelap denyut jantung Daphnia sp. mengalami penurunan sedangkan pada keadaan terang denyut jantung Daphnia sp. mengalami peningkatan.
• Temperatur, denyut jantung Daphnia sp. akan bertambah tinggi apabila suhu meningkat.
• Obat-obat (senyawa kimia), zat kimia menyebabkan aktivitas denyut jantung Daphnia sp. menjadi tinggi atau meningkat


VIII. PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Jelaskan profil Daphnia sp (taksonomi, morfologi (gambar), habitat, perilaku, daur hidup, kisaran toleransi suhu, respirasi, reproduksi)
Jawab:
1. Morfologi Daphnia sp

Pembagian segmen tubuh Daphnia hampir tidak terlihat. Kepala menyatu, dengan bentuk membungkuk ke arah tubuh bagian bawah terlihat dengan jelas melalui lekukan yang jelas. Pada beberapa spesies sebagian besar anggota tubuh tertutup oleh carapace, dengan enam pasang kaki semu yang berada pada rongga perut. Bagian tubuh yang paling terlihat adalah mata, antenna dan sepasang seta. Pada beberapa jenis Daphnia, bagian carapace nya tembus cahaya dan tampak dengan jelas melalui mikroskop bagian dalam tubuhnya.
Beberapa Daphnia memakan crustacean dan rotifer kecil, tapi sebagian besar adalah filter feeder, memakan algae uniselular dan berbagai macam detritus organik termasuk protista dan bakteri. Daphnia juga memakan beberapa jenis ragi, tetapi hanya di lingkungan terkontrol seperti laboratorium. Pertumbuhannya dapat dikontrol dengan mudah dengan pemberian ragi. Partikel makanan yang tersaring kemudian dibentuk menjadi bolus yang akan turun melalui rongga pencernaan sampai penuh dan melalui anus ditempatkan di bagian ujung rongga pencernaan. Sepasang kaki pertama dan kedua digunakan untuk membentuk arus kecil saat mengeluarkan partikel makanan yang tidak mampu terserap. Organ Daphnia untuk berenang didukung oleh antenna kedua yang ukurannya lebih besar. Gerakan antenna ini sangat berpengaruh untuk gerakan melawan arus (Waterman, 1960).

2. Reproduksi Daphnia sp
Mekanisme reproduksi Daphnia adalah dengan cara parthenogenesis. Satu atau lebih individu muda dirawat dengan menempel pada tubuh induk. Daphnia yang baru menetas harus melakukan pergantian kulit (molting) beberapa kali sebelum tumbuh jadi dewasa sekitar satu pekan setelah menetas. Siklus hidup Daphnia sp. yaitu telur, anak, remaja dan dewasa. Pertambahan ukuran terjadi sesaat setelah telur menetas di dalam ruang pengeraman. Daphnia sp. dewasa berukuran 2,5 mm, anak pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan secara parthenogenesis.
Daphnia sp. mulai menghasilkan anak pertama kali pada umur 4-6 hari. Adapun umur yang dapat dicapainya 12 hari. Setiap satu atau dua hari sekali, Daphnia sp. akan beranak 29 ekor, individu yang baru menetas sudah sama secara anatomi dengan individu dewasa. Proses reproduksi ini akan berlanjut jika kondisi lingkungannya mendukung pertumbuhan. Jika kondisi tidak ideal baru akan dihasilkan individu jantan agar terjadi reproduksi seksual. Daphnia jantan lebih kecil ukurannya dibandingkan yang betina. Pada individu jantan terdapat organ tambahan pada bagian abdominal untuk memeluk betina dari belakang dan membuka carapacae betina, kemudian spermateka masuk dan membuahi sel telur. Telur yang telah dibuahi kemudian akan dilindungi lapisan yang bernama ephipium untuk mencegah dari ancaman lingkungan sampai kondisi ideal untuk menetas.
3. Kisaran Toleransi Suhu
Daphnia magna lebih optimal. Daphnia hidup pada selang suhu 18-24°C. Daphnia membutuhkan pH yang sedikit alkalin, yaitu 6,7-8,2. Selain pH, faktor lain yang berpengaruh terhadap kehidupan Daphnia magna adalah suhu. Suhu air sangat mempengaruhi seluruh aktivitas dan proses reproduksi organisme akuatik termasuk daphnia (OECD, 2006). Dan menurut OECD juga, Konsentrasi oksigen terlarut optimum bagi kehidupan Daphnia adalah minimal 5 mg/L, dengan adanya lumut dalam medium dapat menghasilkan oksigen terlarut karena lumut melakukan fotosintesis untuk mendukung kehidupan hidup Daphnia magna. Pada keadaan lingkungan yang kurang mendukung seperti adanya pencemaran air dan kurangnya ketersediaan makanan akan dihasilkan neonate Daphnia magna yang sedikit jumlahnya. Hal ini karena Daphnia sp. merupakan hewan akuatik yang sensitif terhadap pencemaran air (EPS, 1990), tetapi pada perlakuan 1 ini tidak ada penambahan pakan ragi pada medium, hanya makanan (nutrien) yang mungkin tersimpan dalam campuran dari ketiga komposisi (air sumur, lumpur dan lumut) Menurut Stuart et al., (1931) dalam Chumaedi dan R. Djadjadireja (1982), di bawah kondisi percobaan, makanan lebih berpengaruh terhadap proses perkembangbiakan Daphnia sp, sehingga hal ini akan mempengaruhi jumlah neonate yang dihasilkan.
4. Habitat
Daphnia yang dikenal sebagai pakan ikan banyak ditemukan hampir seluruh pelosok tanah, hidup secara bergerombol di perairan yang banyak mengandung bahan organik, atau sisa-sisa pembusukan tananam, seperti sawah, rawa, solokan dan perairan yang berair tenang atau tidak deras. Selain di Indonesia, Daphnia juga ditemukan di negara lain, seperti Malaysia, Thailand dan Kamboja. Daphnia termasuk hewan air yang tergolong kedalam jenis udang-udangan tingkat rendah. Adapun hidupnya mengambang di air dan berkelompok hingga jutaan ekor sehingga permukaan air tampak berwarna kemerahan.
5. Pernyataan hokum Van’t Hoff
Dari setiap peningkatan suhu sebesar 10°C akan meningkatkan laju konsumsi oksigen atau dalam hal ini adalah denyut jantung sebesar 2 sampai 3 kali kenaikan.
Perhitungan Q10= [R2/R1]10/T2-T1 Ketika melakukan praktikum yang dilakukan pada suhu 25-35 tidak sesuai dengan hokum Van’t Hoff, karena mungkin dalam melakukan penelitian terjadi salah pengukuran atau daphnia saat itu dalam keadaan stress. Dan seharusnya pada suhu 15-25 lebih kecil dari suhu selanjutnya.

2. Buatlah grafik suhu (x) terhadap frekuensi denyut jantung/menit
Jawab:
3. Buatlah grafik kenaikan suhu (x) terhadap nilai Q10 (y)
Jawab:
4. Bandingkan hasil perhitungan Q10 hasil percobaan dengan pernyataan Hk. Van’t Hoff, jika tidak sesuai berikan asumsi ilmiah berdasarkan sumber literature
Jawab:
Pernyataan hokum Van’t Hoff
Dari setiap peningkatan suhu sebesar 10oC akan meningkatkan laju konsumsi oksigen atau dalam hal ini adalah denyut jantung sebesar 2 sampai 3 kali kenaikan. Perhitungan Q10= [R2/R1]10/T2-T1 Ketika melakukan praktikum yang dilakukan pada suhu 25-35 tidak sesuai dengan hokum Van’t Hoff, karena mungkin dalam melakukan penelitian terjadi salah pengukuran atau daphnia saat itu dalam keadaan stress. Dan seharusnya pada suhu 15-25 lebih kecil dari suhu selanjutnya.

IX. DAFTAR PUSTAKA
• Termoregulasi, www.wordpress.com
• Pengaturan Suhu Tubuh,http://bima.ipb.ac.id
• Biologi,www.baltimore.ohlog.com
• Keseimbangan panas pada ternak,www.blogspot.com
• http://firebiology07.wordpress.com/2009/04/21/termoregulasi-pengaturan-suhu-tubuh/
• http://bloghendralesmana.blogspot.com/2011/01/termoregulasi.html
• http://anwarulah.blogspot.com/
• http://windanurdiani.blogspot.com/2009/11/termoregulasi.html

LAPORAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ENZIM

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
PRAKTIKUM 7
I. JUDUL : FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM

II. TUJUAN : Mengetahui dan mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim baik mempercepat maupun memperlambat kerja enzim itu sendiri

III. TANGGAL PRAKTIKUM : 14 Desember 2011

IV. PENDAHULUAN
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai promoter.
Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama.
Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim α-amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa.
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim. Banyak obat dan racun adalah inihibitor enzim.

V. METODE PRAKTIKUM
1. Kerja Enzim Amilase pada Proses Pencernaan di Dalam Mulut
a. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Rak Tabung Reaksi
2. Pembakar Spirtus
3. Tabung Reaksi
4. Penjepit Tabung Reaksi
5. Bekker Glass
6. Label Nama 1. Hati Sapi
2. Kentang
3. Air

VI. CARA KERJA
















VII. HASIL PENGAMATAN

NO ISI TABUNG H2O2 : AIR Tinggi
Sebelum Tinggi Sesudah Gambar Sebelum Gambar Sesudah
1 Hati 1 3 : 0 2, 4 cm 5 cm
2 Hati 2 2 : 1 3, 8 cm 6,8 cm
3 Hati 3 1,5 : 1,5 3 cm 4,6 cm
4 Hati 4 1 : 2 3,3 cm 6,2 cm
5 Hati 5 0 : 3 2 cm 4,5 cm
6 Kentang 3 : 0 2 cm 4 cm
7 Hati Rebus 3 : 0 2 cm 3,6 cm
8 Kentang Rebus 3 : 0 2 cm 3,6 cm

VIII. PEMBAHASAN
Beberapa enzim tidak memerlukan komponen tambahan untuk mencapai aktivitas penuhnya. Namun beberapa memerlukan pula molekul non-protein yang disebut kofaktor untuk berikatan dengan enzim dan menjadi aktif.[38] Kofaktor dapat berupa zat anorganik (contohnya ion logam) ataupun zat organik (contohnya flavin dan heme). Kofaktor dapat berupa gugus prostetik yang mengikat dengan kuat, ataupun koenzim, yang akan melepaskan diri dari tapak aktif enzim semasa reaksi.
Enzim yang memerlukan kofaktor namun tidak terdapat kofaktor yang terikat dengannya disebut sebagai apoenzim ataupun apoprotein. Apoenzim beserta dengan kofaktornya disebut holoenzim (bentuk aktif). Kebanyakan kofaktor tidak terikat secara kovalen dengan enzim, tetapi terikat dengan kuat. Namun, gugus prostetik organik dapat pula terikat secara kovalen (contohnya tiamina pirofosfat pada enzim piruvat dehidrogenase). Istilah holoenzim juga dapat digunakan untuk merujuk pada enzim yang mengandung subunit protein berganda, seperti DNA polimerase. Pada kasus ini, holoenzim adalah kompleks lengkap yang mengandung seluruh subunit yang diperlukan agar menjadi aktif.
Contoh enzim yang mengandung kofaktor adalah karbonat anhidrase, dengan kofaktor seng terikat sebagai bagian dari tapak aktifnya.[39]
Koenzim


Model pengisian ruang koenzim NADH
Koenzim adalah kofaktor berupa molekul organik kecil yang mentranspor gugus kimia atau elektron dari satu enzim ke enzim lainnya.[38][40][41] Contoh koenzim mencakup NADH, NADPH dan adenosina trifosfat. Gugus kimiawi yang dibawa mencakup ion hidrida (H–) yang dibawa oleh NAD atau NADP+, gugus asetil yang dibawa oleh koenzim A, formil, metenil, ataupun gugus metil yang dibawa oleh asam folat, dan gugus metil yang dibawa oleh S-adenosilmetionina. Beberapa koenzim seperti riboflavin, tiamina, dan asam folat adalah vitamin.
Oleh karena koenzim secara kimiawi berubah oleh aksi enzim, adalah dapat dikatakan koenzim merupakan substrat yang khusus, ataupun substrat sekunder. Sebagai contoh, sekitar 700 enzim diketahui menggunakan koenzim NADH.[42]
Regenerasi serta pemeliharaan konsentrasi koenzim terjadi dalam sel. Contohnya, NADPH diregenerasi melalui lintasan pentosa fosfat, dan S-adenosilmetionina melalui metionina adenosiltransferase.


IX. KESIMPULAN
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim. Banyak obat dan racun adalah inihibitor enzim.

X. DAFTAR PUSTAKA
• Poedjiadi,Anna dkk. 2005. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)
• http://id.wikipedia.org/ wiki/enzim
• http://sectidacdaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran-peran-enzim-dalam-metabolisme-dan-manfaatnya-dalam-pengobatan.
• http://www.edukasi.net/mapok/mp_full.php?id=372&fname=materi3.html

LAPORAN PEWARNAAN TUNGGAL

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

I. JUDUL : PEWARNAAN TUNGGAL
II. TUJUAN : • Mampu melakukan pewarnaan bakteri dengan satu macam zat warna
• Mengamati dan menggambar bakteri yang telah diwarnai
III. TANGGAL : 01November 2011


IV. PENDAHULUAN
V. METODE PRAKTIKUM
a. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Kaca Objek
2. Pentup Kaca
3. Mikroskop
4. Jarum Ose
5. Kertas Saring
6. Bunsen 1. Preparat Bakteri Baccilus subtilis dan Sarcina
2. Zat Warna Fuchsin, Methilen blue, Geantian violet
3. Aquades
4. Alcohol 70 %
5. NaCl Fisiologis

VI. CARA KERJA



























VII. HASIL PENGAMATN
NO GAMBAR BAKTERI
HASIL PENGAMATAN LITERATUR
1
Sarcina sp
Sarcina sp
2
Baccilus substilis
Baccilus substilis

VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini yaitu membuat preparat bakteri, bakteri yang akan di amati ialah Sarcina dan Psedomonas aurogenosa dengan menggunakan Mikroskop.
 Sarcina adalah genus dari Gram-positif dalam famili clostridiaceae. Sarcina yaitu bakteri yang berbentuk kokus yang berkelompok empat-empat membentuk kubus, misalnya Sarcina luten dan Thiosarcina rosea yang sering disebut bakteri belerang.
 Kelompok Pseudomonas aeruginosa adalah berbentuk batang termasuk gram-negatif, berukuran sekitar 0,6 x 2 µm, bergerak, aerob; beberapa diantaranya menghasilkan pigmen yang larut dalam air. Pseudomonas ditemukan secara luas di tanah, air, tumbuhan, dan hewan. Dalam jumlah kecil P aeruginosa sering terdapat dalam flora usus normal dan pada kulit manusia dan merupakan pathogen utama dari kelompoknya. Spesies Pseudomonas lain jarang menyebabkan penyakit.
P. aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada kulit manusia. Tetapi, infeksi P.aeruginosa menjadi problema serius pada penderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar
P. aeruginosa adalah aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis perbenihan biakan, kadang-kadang menghasilkan bau yang manis atau menyerupai anggur. Beberapa strain menhemolisis darah. P. aeruginosa membentuk koloni halus bulat dengan warna fluoresensi kehijauan. Bakteri ini sering menghasikan piosianin, pigmen kebiru-biruan yang tak berflouresensi, yang berdifusi ke dalam agar. Spesies Pseudomonas lain tidak menghasilkan piosianin. Banyak strain P. aeruginosa juga menghasilkan pigmen piorubin yang berwarna merah gelap atau pigmen piomelanin yang hitam. P. aeruginosa dalam biakan dapat menghasilkan berbagai jenis koloni, sehingga memberi kesan biakan dari campuran berbagai spesies bakteri.
IX. PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Apa yang dimaksud pewarnaan tunggal ?
Jawab:
Pewarnaan pada bakteri atau jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu peranan pada lapisan tipis atau olesan yang udah di fiksasi.
2. Apa manfaat NaCl Fisiologis ?
Jawab :
Untuk membuat suspensi. Membuat keadaan didalam dan diluar bakteri menjadi isotonik
3. Mengapa perlu dicuci dengan air mengalir ?
Jawab:
Untuk mengurangi kelebihan zat warna
4. Apa perubahan warna sel bakteri yang anda amati ? mengapa terjadi demikian ?
Jawab:
Bakteri yg diamati berwarna kuning kemudian berubah menjadi biru setelah ditetesi dengan metilen blue dan minyak imersi.itu terjadi karena bakterinya menyerap warna pada metilin Blue

X. KESIMPULAN
Membuat pewarnaan tunggal. Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri denagn mikroskop, memperjelas bentuk dan ukuran bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat- sifat fisik dan kimia yang khas dari pada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup.

XI. DAFTAR PUSTAKA
• www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Sejarah Perkembangan Mikrobiologi&&nomorurut_artikel=216

PPT SISTEM REPRODUKSI